Wamendag: Indonesia Melihat Peluang dari Perang Dagang AS-China yang Masih Berlanjut



 Perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China masih bersambung walau banyak yang percaya jika kemenangan capres Partai Demokrat Joe Biden, akan selekasnya akhiri perselisihan seru ini.


Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menjelaskan, Indonesia menempatkan diri untuk tangkap kesempatan dari ada perang dagang ini dan memandang perselisihan dagang adalah hal lumrah dan bisa berlangsung antara dua negara.


"Kami saksikan dalam satu bentuk politik global tentu ada negara besar yang memengaruhi, kami saksikan ada kesempatan. Jika ada dua negara sedikit berdinamika, itu menurut saya biasa saja," terang Jerry dalam Live Streaming Liputan6 "Wamen Jerry Sambuaga dan Tatap muka WTO" Live from Jenewa, Swiss, Kamis (10/12/2020).


Jerry memperjelas, Indonesia adalah negara yang junjung tinggi kerja sama sebab Indonesia berteman dengan seluruh negara. Indonesia terbuka dalam merajut pertemanan dengan beberapa negara lain, baik secara regional, bilateral atau multilateral.


Dalam kerangka perang dagang sekarang ini, Indonesia bisa tangkap kesempatan di bidang yang 'kosong' gara-gara perselisihan, baik di rantai suplai atau distribusi.


"Yang lebih bernilai kesempatan, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) itu mengagumkan, paling besar ke-2 sesudah WTO dan mempunyai nilai berarti," katanya.


Di tengah-tengah wabah Covid-19 juga, Indonesia konsentrasi ke kerja sama dengan negara lain untuk sama-sama tingkatkan export.


"Kita saksikan di dunia kan perlu APD misalkan, mustahil negara tidak perlu, ada yang kekurangan hal semacam itu perlu pemahaman dan pengetahuan. Dependence itu kebenaran, kita tidak dapat hidup sendiri," pungkasnya.


Awalnya, Neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD3,61 miliar pada Oktober 2020. Dengan begitu, ini ialah ke enam kalinya export-impor Indonesia surplus.


Periset Instansi Penyidikan Ekonomi dan Warga (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Usaha Kampus Indonesia (FEB UI) Mohammad Dian Revindo memandang, ini mengisyaratkan performa team ekonomi Presiden Joko Widodo kompak.


"Benar-benar exportnya kompak di periode wabah ini. Jika diakumulasi semenjak Januari telah surplus 17,7 miliar dolar AS. Itu sesungguhnya export kita lebih bagus. Bahkan juga dibanding dengan masa yang serupa tahun 2019 cuman minus 5,6 %. Berarti hampir serupa dengan export tahun kemarin yang kondisinya bukan wabah, bermakna export kompak sekali," kata Revindo di Jakarta, Kamis (19/11/2020).


covid19 bukan penghalang bermain slot online Membaiknya performa export ini, katanya, sebab Indonesia diuntungkan adanya perang dagang Amerika Serikat dan China. Di mana adanya perang dagang itu, Indonesai jadi negara penyuplai keperluan AS yang semula disuplai dari China.


"Jadi Indonesia telah masuk di amerika gantikan produk China. Makanan minuman, alat kelisistrikan, beberapa tekstil masuk di AS meggantikan prduk China. Jadi nilai lebih export kita naik," katanya.


Menurutnya, ini pasti tidak lepas dari performa dan pengaturan menteri-menteri ekonomi Jokowi yang lebih baik. Dengan koorninasi yang bagus ini, pasti hasilkan peraturan dan keputusan yang memberikan keuntungan Indonesia.


"Misalkan ingin untuk acara dengan negara mana banyak bercakap. Benar-benar yang paling mengetahui dan punyai peta ialah Kemendag tentu," katanya.


Disamping itu, Kementerian Perdagangan di bawah kepimpinan Agus Suparmanto cermat menyaksikan kesempatan dengan membuat peraturan yang tidak menghalangi.


"Menurut saya baiknya Kemendag ini ialah tahu kerjakan apa yang fokus, kerjakan produk apa untuk negara mana. itu luar biasanya kemendag itu," tutur ia.


Akan tetapi, katanya, pemerintahan jangan senang demikian saja. Kedepan, pemerintahan harus pastikan kualitas beberapa barang alam negeri bertambah. Dengan kualitas yang bagus pasti mempunyai daya saiang yang tinggi.


Dalam kesempatan kali ini, ia menghargai cara pemerintahan dan Kementerian Perdagangan di bawah kepimpinan Agus Suparmanto yang lakukan kesepakatan perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), yang lahir atas ide Indonesia.


Melaui RCEP ini tentu saja menggerakkan Indonesia lebih jauh ke dalam rantai suplai global dengan manfaatkan backward linkage. Yaitu penuhi keperluan bahan baku atau bahan penolong yang lebih bersaing dari negara RCEP yang lain, dan forward linkage, yaitu dengan menyuplai bahan baku atau bahan penolong ke negara RCEP yang lain.


"Pada akhirnya gol RCEP ini, saat Biden menang Trump kalah kan ketidakjelasan. Sebab ada RCEP kita tidak didesak sebab kita yang inisiasi. Silakan AS ingin ke mana sebab kita punyai rcep. jika as tawarkan ingin menarkan kerja sama yang memberikan keuntungan ok," katanya.

Postingan populer dari blog ini

Jakpro Gandeng KONI Pusat Tingkatkan Standar Industri Olahraga Nasional

wildebeest migrations in East Africa

Wamendag Sebut Kebijakan Perdagangan Indonesia di Tengah Covid-19 Diapresiasi Dunia